Kebijakan Perubahan Jalur Penangkapan Ikan
(Deptan, 15 september 1999)
Dituangkan dalam SK Menteri Pertanian No. 392/Kpts/Ik.120/4/99 yang merupakan pengganti SK Mentan terdahulu yang telah dicabut berlakunya (SK. Mentan No. 607/Kpts/Um/9/1976, SK. Mentan No. 608/Kpts/Um/9/1976 dan SK. Mentan No. 300/Kpts/Um/5/1978.
Menurut SK. tersebut maka wilayah perikanan Indonesia dibagi menjadi 3 (tiga) jalur penangkapan ikan, yakni :
JALUR PENANGKAPAN II : diperbolehkan untuk kapal perikanan bermotor dalam berukuran maksimal 60 GT dan kapal dengan menggunakan alat tangkap pukat cincin, tuna long line (maksimal 1.200 mata pancing) serta jarig insang hanyut (maksimal 2.500 m). Pada jalur ini setiap kapal wajib mengecat minimal 1/4 lambung kiri-kanan dengan warna merah.
JALUR PENANGKAPAN III : diperbolehkan untuk kapal berbendera Indonesia dan berbendera asing dengan ukuran dan alat penangkap tertentu yang diijinkan. Pada jalur ini setiap kapal wajib mengecat minimal 1/4 lambung kiri-kanan dengan warna kuning.
Kapal perikanan yang beroperasi pada Jalur I diperbolehkan beroperasi di jalur II dan III. Kapal perikanan yang beroperasi di jalur II boleh beroperasi di jalur III dan tidak boleh beroperasi di jalur I. Sedangkan kapal perikanan pada jalur III dilarang beroperasi di jalur I dan II.
SK. ini juga melarang semua jenis kapal perikanan yang menggunakan mata jaring ukuran kurang dari 25 mm (1 inchi) dan purse seine cakalang (tuna) dengan ukuran mata jaring kurang dari 75 mm (3 inchi). Pengecualian dilakukan terhadap kapal perikanan bermotor yang melakukan penelitian, survei, eksplorasi dan latihan penangkapan ikan untuk beroperasi di jalur penangkapan.
Pelanggaran terhadap SK ini akan dikenakan pencabutan SPI atau SIPI atau IUP atau pidana denda sebanyak-banyaknya Rp. 25 juta sesuai dengan pasal 27 UU No. 9 Tahun 1985 tentang Perikanan.
-- Back --